Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Jawa Timur menyampaikan duka cita mendalam atas musibah ambruknya mushala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo yang terjadi pada Senin 29 September 2025 lalu. Musibah yang menelan korban jiwa santri itu disebut sebagai ujian dan takdir dari Allah SWT.
Sekretaris DPD Hanura Jawa Timur, Ahmad Nurcholish, mengatakan pihaknya bersama Ketua DPD Hanura Jatim Sumarzen Marzuki turut merasakan duka mendalam bagi keluarga besar Pesantren Al Khoziny dan para wali santri.
“Kami dari Partai Hanura Jawa Timur merasa sangat berduka atas kejadian ini. Menurut kami, musibah ini terjadi atas kehendak Allah SWT. Secara fisik, bangunan sudah cukup kuat, namun ada hal di luar nalar manusia yang menjadi kehendak-Nya,” ujar Ahmad Nurcholish, Rabu (8/10/2025).
Pria yang akrab dipanggil Gus Kholis ini menegaskan agar masyarakat tidak menjadikan peristiwa tersebut sebagai ajang saling menyalahkan atau menuding kualitas bangunan pesantren. Menurutnya, banyak faktor yang bisa memicu musibah, termasuk kondisi alam di Jawa Timur yang kerap diguncang gempa.
“Standar pembangunan pesantren sudah cukup bagus. Ini murni musibah. Jangan sampai kejadian ini dijadikan alasan untuk menilai buruk lembaga pesantren,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Metal Rejoso ini.
Ditempat yang sama, Ketua DPD Hanura Jawa Timur Sumarzen Marzuki menambahkan bahwa pihaknya akan terus menjalin komunikasi dengan pihak pesantren dan masyarakat santri untuk memberikan dukungan moral maupun sosial.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pesantren, terutama dalam hal pendidikan dan pembinaan karakter yang berbudaya Indonesia. Hanura selalu peduli terhadap dunia pesantren,” kata Sumarzen.
Sumarzen juga menyampaikan rasa haru atas keteguhan para wali santri yang tetap ikhlas meski kehilangan putra mereka dalam musibah tersebut.
“Saya sangat terharu mendengar para wali santri yang berkata anak-anak mereka sudah berada di surga. Inilah perbedaan mereka yang menitipkan anaknya di pesantren, karena secara spiritual mereka lebih siap dan ikhlas menerima ujian,” ungkapnya.
Di akhir pernyataannya, Sumarzen berpesan kepada para wali santri untuk tetap tegar dan tidak takut menyekolahkan anak-anak mereka di pesantren.
“Ujian datang dari Allah, dan semuanya terjadi atas kehendak-Nya. Insyaallah para santri yang wafat saat menunaikan salat adalah penghuni surga yang akan menjemput orang tuanya kelak,” pungkasnya.(Znr/sis)